Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
TANTANGAN MENULIS GURUSIANA (123) ANAK SINGKONG
Ilustrasi Gambar : https://onlogdd.com/

TANTANGAN MENULIS GURUSIANA (123) ANAK SINGKONG

Banyak testimoni orang-orang yang telah sukses (baca: kaya), entah itu artis, penyanyi, olah ragawan, pejabat Negara atau pengusaha yang menceritakan kisah hidupnya “sebelum menjadi orang,” bahwa ia hanya bisa makan singkong sebagai makanan sehari-harinya. Sampai ada pengusaha kaya raya menulis buku berjudul Anak Singkong.

Di sini, anak singkong dianalogikan sebagai anak miskin dari keluarga sederhana yang hidup pas-pasan, tinggal di desa nun jauh di pelosok sana. Singkong sebagai alternatif pengganti nasi.

Singkong dan sejenisnya seperti ubi jalar, talas atau pisang rebus sering diberi stigma negatif. Sebagai makanan orang miskin papa. Makanan untuk yang sedang kelaparan karena tidak mendapatkan beras.

Sedangkan nasi, keju atau kentang diperlambangkan sebagai makanan orang gedongan, orang berada atau orang kaya.

Hari berganti musim berubah, seiring perjalanan waktu, kini banyak fakta yang mengejutkan, ternyata nasi putih yang biasa kita konsumsi, merupakan karbohidrat sederhana yang mempunyai kadar gula tinggi. Sebagai salah satu penyebab penyakit Diabetes Mellitus atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula.

Logikanya semakin banyak makan nasi, besar kemungkinan akan terkena penyakit DM. Selain faktor genetik, kurang bergerak dan faktor lainnya.

Menyadari tingginya kadar gula dalam nasi putih, kini masyarakat mulai mencari alternatif lain sebagai pengganti untuk menjaga asupan makannya, agar lebih ramah dan menyehatkan. Pilihannya jatuh kepada singkong, ubi jalar, talas atau pisang rebus.

Sebagian lagi ada yang menjadi vegetarian. Hanya mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, biji-bijian atau kacang-kacangan.

Saat breakfast di hotel ketika mengikuti meting misalnya, makanan “orang miskin” tersebut ternyata banyak diminati para pengunjung restaurant yang nota bene bukan orang miskin.

Singkong atau ubi jalar atau ketela pohon yang mempunyai nama ilmiah Manihot Eskulenta juga sangat baik untuk menurunkan berat badan. Banyak rekan-rekan kerja saya, kini mulai mengurangi makan nasi dan beralih makan singkong. Terutama yang usianya di atas 40 tahun.

Singkong yang dulu jadi simbol makanan orang miskin atau makanan wong ndeso, kini berbalik menjadi makanan favorit orang-orang yang ingin hidup seribu tahun lagi. Hihihihihihi

Bagi saya singkong bukan barang asing, sejak kecil sudah terbiasa makan singkong. Itu kalau lagi tidak ada beras.

Ternyata sehat itu sederhana, makanlah makanan yang juga sederhana. Singkong. Selain murah, mudah didapatkan sekaligus menyehatkan.

Sudah saatnya kita mulai mencari makanan alternatif pengganti nasi, hal ini untuk mengantisipasi jika suatu saat lahan sawah telah berubah menjadi hutan beton.

So, jika sekarang ada yang mengatakan, saya cuma makan singkong, berarti kita sedang berhadapan dengan orang cerdas dalam menata pola hidup sehat. Bukan berhadapan dengan orang miskin dan kelaparan.

Jayapura, 29 Mei 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post