Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
TIMANG TIMANG
Dokumen pribadi

TIMANG TIMANG

Sang fajar hari itu akan menyelesaikan tugas hariannya untuk menyinari bumi belahan timur. Samar-samar terdengar suara adzan Maghrib dari kejauhan. Alunannya yang merdu terdengar kuat, kemudian lemah, hingga suaranya hilang. Tak lama terdengar lagi dengan kuat, lemah lagi, akhirnya hilang terbawa angin.

Di daerah kami, senja hampir berlalu lebih cepat dari waktu baratnya. Sinar warna merah lambat laun akan segera menghilang. Menghilang, hingga benar-benar menghilang, tiada lagi tersisa. Berganti gelap. Dan gelap itu berganti terang. Kini terang itu muncul begitu saja dari nyala-nyala lampu pemerintah. Kendati itu terang, tapi kami tahu bahwa itu malam.

Ba’da Shalat Magrib dan agak lewat sedikit. Waktu menunjukan setengah tujuh. Dengan tergopoh gopoh, berangkatlah kami menuju rumah sakit, yang sudah kami pesan sebelumnya. Rumah sakit Dian Harapan Waena di Kota Jayapura. Perjalanan itu sekitar 45 menit. Tapi jika tidak ada hambatan, hanya 25 menit saja.

Menuju rumah sakit berjalan lancar. Selancar perjalanan dengan kaki telanjang di hamparan jalan yang penuh kerikil tajam. Perjalanan itu pelan dan pelan. Aduhai, kota kami kini sudah memiliki kosa kata baru yang sering diucapkan berulang-ulang dengan nada jengkel. Macet. Macet dan macet. Sesuatu yang tidak terbayangkan hingga 3 tahun ke belakang.

Tiba di rumah sakit dengan selamat, selanjutnya mengurus administrasi. Cukup lama karena antri dan juga banyak pasien. Tapi pelayanannya cukup prima dan professional. Seluruh crew paramedis sangat ramah dan menyenangkan. Karena itulah rumah sakit ini telah diganjar dengan akreditasi level tinggi.

Esok harinya. Saya mengantarnya memasuki kamar operasi. Untuk menjalani "Seksio Cesarea" atau SC dalam bahasa umum disebut bedah cesar. Menunggu dengan harap-harap cemas. Sempat kami menamatkan beberapa kali Surat Yasin. Sebagai bentuk permohonan keselamatan.

Hari itu adalah hari Jumat, menjelang waktu shalat, belum ada kabar. Saya segera meninggalkan rumah sakit mencari masjid terdekat untuk tunaikan shalat Jumat. Menempati shaf tengah di belakang tiang masjid. Lalu shalat sunat dan menunggu khotib naik mimbar. Ada beberapa pengumuman dan informasi dari pengurus masjid. Ada jeda waktu untuk membuka Handphone. Buka WA. Anak sulung yang menemani saya di rumah sakit mengabarkan, bayi telah lahir dengan selamat. Alhamdulillah. Saya buru-buru berdiri menunaikan shalat dua rakaat sebagai wujud syukur dan ucapan terima kasih kepada Allah Swt.

Kelahiran itu tepat tanggal 1 Dzulhijah, hari Jumat dan jam 12 siang hari. Bertepatan dengan tanggal 2 Agustus 2019. Subhanallah. Sebagaimana kematian, kelahiran pun sudah ketetapan sang pencipta. Allah Swt. Ternyata amal-amal agama itu membantu mengatasi semua kesulitan.

Sebagaimana ketika Allah Swt, mengutus para Nabi dan Rasul dengan 3 misi utama. yaitu pertama mengenalkan manusia kepada penciptanya. Kok, perlu dikenalkan kepada Tuhannya? Apakah ianya belum kenal. Faktanya seperti itu. Ilustrasinya seperti ini:

Misalnya, ketika kita berada di pasar atau di mall atau dimana saja, tiba-tiba ada orang yang memanggil-manggil istrinya, spontan sang suami, akan menoleh dan mencari sumber suara yang memanggilnya. Gerakan itu begitu replek, karena sang suami sudah mengenal istrinya. Coba sekarang ketika nama Allah disebut-sebut lewat pengeras suara di masjid. Jika masa bodoh tandanya ia belum kenal.

Yang kedua mengenalkan manusia kepada kehidupan akhirat. Seberapa Panjang pun umur manusia pasti suatu saat ia akan mati. Kematian itu lebih pasti ketimbang terbitnya matahari dari arah timur. Kita diingatkan kembali, bahwa ada kehidupan akhirat atau disebut juga dengan hari pembalasan.

Dan yang ketiga mengenalkan manusia kepada amal. Bahwa permaslahan-permasalahan kehidupan manusia, bisa diselesaikan dengan amal. Mintalah pertolonghan dengaan sabar dan shalat. Selain kita ikhtiar ala duniawi, juga yang lebih penting ikhtiar amal.

Sambil menggendong bayi, untuk pertama kalinya, teringat lagu ini,

"Timang timang anakku sayang, cepatlah tidur janganlah nakal. Timang timang anakku sayang, mimpi yang indah nyenyakkan tidurmu”.

Pada hakekatnya, anak yang dilahirkan itu dalam keadaan fitrah. Kemudian orang tua dan lingkunganlah yang akan membentuk pribadi anak untuk menjadi apa dan akan seperti apa kelak.

Peluang dari sang pencipta yang telah menitipkan seorang putri kepada kami adalah anugerah yang membahagiakan sekaligus mengkhawatirkan, mengingat mendidik anak di era milenial dan di akhir zaman tidaklah mudah. Perlu kerja keras. Perbanyak pengetahuan parenting, perbanyak ilmu ke-Paud-an. Dan perbanyak ilmu doa.

“Timang-timang anakku sayang, buah hati ayah bunda seorang. Jangan marah dan jangan merajuk sayang, tenanglah dikau dalam buaian”

RS Dian Harapan, 04 Agustus 2019

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post