Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
KIS DAN KISS

KIS DAN KISS

Gelaran penerimaan CPNS tahun lalu disambut dengan gegap gempita. Antusiasme masyarakat sangat tinggi dan luar biasa. Profesi sebagai abdi negara dan abdi masyarakat ternyata masih sangat diminati oleh rakyat kita. Kendati formasinya bisa dihitung dengan jari, tapi pelamar tidak peduli. “Di coba saja siapa tahu keberuntungan di tangan kita”. Begitu celoteh mereka. Di tahun 2018 yang lalu, 4 juta orang bersaing untuk merubah status dirinya menjadi seorang CPNS.

Menjadi PNS saat ini, memang sangat menjanjikan dibandingkan ketika saya memulai karier profesi ini. Dulu, bahkan banyak yang mengundurkan diri menjadi PNS. Karena tidak kuat menjalaninya. Dengan satu argumen yang sama. “Salary minim”.

Tapi kini berbalik tiga ratus enam puluh derajat. Negara telah memberikan banyak fasilitas untuk kesejahteraannya. Salah satunya adalah Asuransi Kesehatan (Askes). Fasilitas ini bisa digunakan tapi dengan catatan, harus menggunakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu puskesmas. Jika tidak bisa ditangani oleh petugas kesehatan di puskemas, maka akan di rujuk ke rumah sakit umum pemerintah. Hanya rumah sakit pemerintah saja. Itu dulu. Dulu sekali.

Sekarang Fasilitas kesehatan bagi PNS semakin baik. Dengan diberlakukannya BPJS kesehatan sejak 1 Januari 2014, sebagai badan hukum publik yang bertugas menyelenggarakan bantuan jaminan sosial dalam bidang kesehatan. Setelah itu muncul JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), awalnya JKN diberikan secara beragam sesuai status kepegawaian dan kondisi keuangan. Askes untuk PN dan Tentara, Jamsostek untuk pegawai swasta, Jamkesmas dan Jamkesda atau Jamkeskot untuk masyarakat kurang mampu. Namun sejak 1 Januari 2014 semua dilebur jadi satu Namanya BPJS kesehatan.

Berikutnya muncul yang Namanya KIS (Kartu Indonesia Sehat). Tujuannya untuk mengakomidir kaum marginal yang tidak terlayani oleh produk asuransi kesehatan yang sudah mapan. Diresmikan tanggal 3 November 2014. KIS saat ini layaknya sebuah keanggotaan BPJS. Setiap angota baru BPJS, maka secara otomatis akan mendapat kartu KIS. Begitu juga peserta BPJS secara bertahap berganti menjadi KIS. Walaupun kartu yang lama seperti Askes dan BPJS masih tetap berlaku. Untuk ke depan semua kartu-kartu itu akan menjadi satu kesatuan. Kartu Indonesia Sehat.

Saat-saat kehamilan istri saya dulu, karena satu dan lain hal, maka dari awal kunjungan dan konsultasi, selalu memakai jasa dua dokter sekaligus. Dokter kandungan dan Dokter Internis. Dari kunjungan dan konsultasi ke dokter kandungan, selalu disarankan kemungkinan terburuk dalam prosesi persalinannya. Bedah Cesar. Sesuatu yang tidak kami inginkan dan harapkan. Persalinan normal tentu lebih baik.

Saya mencari referensi tentang “seksio sesarea” (bedah cesar). Operasi ini tentu sangat beresiko. Namun fokus saya adalah tentang seberapa besar biaya persalinannya nanti.

Yang pasti bedah cesar akan dilakukan di rumah sakit yang mempunyai faslitas yang lengkap. Ia tidak bisa di lakukan di puskesmas misalnya. Di tempat kami tidak semua rumah sakit melayani bedah cesar. Hanya rumah sakit besar dan terakreditasi saja. Di sana, ada beberapa kelas kamar yang bisa “direquest” oleh pasien sesuai kemampuan kocek masing-masing.

Untuk rumah sakit yang menggunakan standart kamar kelas 3 misalnya, satu ruangan di huni oleh 6 pasien biayanya 10-12 juta, kelas 2 satu ruangan dihuni oleh 3/4 orang 12-15 juta, kelas 1, ruangannya dihuni 2 orang pasien sebesar 15 -18 juta. Sedangkan untuk kelas VIP, 20 -25 juta. Itupun tergantung dengan rumah sakitnya. Kalkulasi standar biaya ini, adalah yang terendah.

Melihat kondisi ini, saya harus memutar otak, bagaimana caranya agar cost persalinannya bisa seminim mungkin, minimal bayar separuhnya. Salah satunya dengan menggunakan fasilitas BPJS yang sekarang kartunya menjadi KIS.

Langkah berikutnya berkonsultasi dengan pihak BPJS setempat. Saya bolak balik ke sana untuk memastikan BPJS bisa digunakan. Celakanya untuk fasilitas BPJS PNS, hanya untuk 3 orang anak saja yang di cover. Sedangkan ini, adalah calon bayi yang ke 5.

Hingga akhirnya, ditemukan methode, “Mengalah untuk menang”. 2 anak yang sudah besar, dikeluarkan dari Faskes (fasilitas kesehatan) BPJS (KIS), ia menjadi peserta mandiri dan harus iuran tiap bulan. Berhasil. Harapannya, skema ini bisa menjadi jalan keluar untuk meringankan biaya operasi nantinya, jika harus bedah cesar.

Rutinitas kunjungan dan konsultasi ke 2 dokter sekaligus tetap di lakukan setiap bulan. Terkadang 2 kali dalam sebulan. Dan menjelang detik-detik persalinan, dokter mengharuskan bedah cesar, sebagaimana saran di awal. Karena ini kelahiran yang beresiko. Begitu senantiasa dokter mengingatkan.

“Apakah tidak bisa diusahakan persalinan normal, Dok. Mengingat semua persalinan kakak-kakaknya normal juga” Suatu kali saya memberanikan bertanya, disela-sela kunjungan dan konsultasi.

“Dalam ilmu kedokteran, persalinan yang baik itu, adalah dengan persalinan secara alamiah, yaitu normal” ujarnya menjelaskan.

“Sebagai dokter, saya hanya menyarankan, karena melihat kondisi istri bapak seperti itu” lanjutnya.

“Baiklah” ujarku lirih, sambil mengangguk dengan perasaan sedih. Sejak saat itu saya tidak lagi bertanya tentang bedah cesar. Saya percaya dengan “advice” dokter. Dijalani saja.

Waktu terus berlalu, tak terasa saat-saat yang menegangkan itu tiba juga. Setelah konsultasi dan kunjungan terakhir, dan waktu operasi sudah ditentukan. Dengan harap-harap cemas, dan dengan semua kekuatan yang ada, akhirnya kami berangkat ke RS ba’da Magrib.

Operasi berjalan lancar. Setelah tiga hari rawat inap, Dokter memperbolehkan kami pulang. Hal yang diluar ekspektasi. Dimana saya beranggapan, jika bedah cesar seperti ini, minimal pasien harus rawat inap selama seminggu atau lebih. ternyata Cuma 3 hari saja.

“Hari ini bapak bisa pulang, silahkan selesaikan pembayarannya di loket depan ya, Pak” Salah seorang suster yang bertugas hari itu memerintahkan, ketika kami hendak pulang dan berkemas-kemas.

Bagai di sambar petir, jantung berdegub sangat kencang. Suster mengatakan “Silahkan selesaikan pembayaran di loket depan”. Oh, my god.

Dengan langkah gontai, saya segera menuju ke loket pembayaran. Setelah tiba di loket, seluruh tubuh saya gemetar. Nada bicarapun lemah.

“Berapa biayanya, Bu” Ujarku dengan nada bicara masih lemah dan setengah memelas.

“Anak keberapa, Pak?” Ia bertanya balik

“Kelima” Jawabku masih dengan nada bicara pelan. Seluruh tubuh semakin gemetaran.

“Ini Pak, kuitansinya. Tolong ditandatangani” Ia memberikan secarik kertas dengan 3 rangkap dengan 2 copian di bawahnya. Warnanya merah dan kuning.

“Berapa semua, Bu” Saya memandang, dengan penuh harap.

“Tidak bayar, Pak. Kan ditanggung BPJS” Katanya sambil memandangku dengan heran.

“Gratis, bu?” Setengah tidak percaya.

“Ia Pak, gratis” Ia tersenyum manis.

“Jadi ini gratis betul ya, Bu? Saya mengulang kembali. Ia kembali tersenyum manis.

“Semoga putri dan ibunya, sehat ya, Pak”

“Terima kasih, Bu”

“Alhamdulillah” Saya tengok sana tengok sini. Rencananya mau sujud syukur. Tapi karena ramai banyak pasien, saya urungkan.

Terima kasih ya Allah. Terima kasih atas semua pertolongan engkau. Tak henti-hentinya saya berzikir sambil mengucapkan Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, La Haula Walakuata Ila bilah.

Gonjang ganjing tentang defisit BPJS, yang telah mencapai 28 T, bagi saya tidak peduli. Yang penting dengan fasilitas ini, bedah cesar berjalan lancar dan yang lebih penting lagi, gratis.

Saya gendong putriku dengan hati-hati dan kucium dengan lembut. Selamat datang di dunia yang telah ditakdirkan Tuhan untukmu. Selamat datang didunia dengan perspektif baru, dimana startup banyak di release dan unicorn baru bermunculan. Selamat datang didunia digital, dunia 4.0.

Selamat berjuang dalam mengarungi kerasnya alam mayapada ini.

Rumahku, sentani, 07 Agustus 2019.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ceritanya mengalir ringan....mantul Bapak

08 Aug
Balas

Terima kasih. Salam kenal. Salam Literasi.

08 Aug



search

New Post