Wahyu MH

BUKU ADALAH KARTU NAMA TERBAIK...

Selengkapnya
Navigasi Web
MENDENGAR DAN MEMBACA LALU MENULISLAH

MENDENGAR DAN MEMBACA LALU MENULISLAH

Siapa yang tidak mengenal Buya Hamka, seorang ulama sekaligus sastrawan dan cendekiawan Muslim.

Selama hidupnya Buya Hamka sudah menerbitkan 84 buah buku. Karya-karya Hamka dapat kita jumpai dan sudah sering kita kenal bahkan sudah di angkat ke layar lebar. Diantaranya “Di bawah Lindungan Ka’bah. Tenggelamnya Kapal Van Der wijck”. Dan masih puluhan karya yang lainnya.

Dari semua karya Hamka yang paling fenomenal adalah Tafsir Al-Azhar.

Dengan membaca tafsir itu, nampaknya Hamka mempunyai keluasan dan kedalaman ilmu pengetahuan di atas rata-rata. Di dalam isi kepalanya hanya ada ilmu, ilmu dan ilmu. Sehingga mau menulis topik apapun, bahan bakunya sudah tersedia di kepalanya.

Keluasan dan kedalaman ilmu yang dimiliki Hamka, tidak muncul dengan begitu saja. Tiba-tiba turun dari langit. Misalnya bermimpi. Begitu bangun tiba-tiba menjadi pintar dan cerdas dengan sendirinya.

Pastilah beliau belajar dan tentu banyak MEMBACA. Aktifitas membaca itulah yang mengantarkan seseorang bisa menjadi apa saja yang dia inginkan. Termasuk menjadi penulis yang karyanya tak lapuk di telan zaman. Selalu abadi. Kendati ia kini sudah menghadap keharibaan Sang Pencipta.

Sebagaimana kata sastrawan yang terkenal. Pramoedia Ananta toer “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Dunia kepenulisan harus disertai dengan dunia membaca. Itu rumus yang ideal. Namun faktanya aktifitas membaca kita sangat rendah, rata-rata hanya membaca 3 judul buku per tahun. Itupun hanya masyarakat usia 0-10 tahun. Bandingkan dengan negara-negara maju, yang bisa menamatkan buku sebanyak 20 sd 30 judul buku per tahunnya.

Masyarakat kita benar-benar sangat memprihatinkan.

Rendahnya minat baca, karena kurangnya akses masyarakat dengan ketersediaan buku itu sendiri. Akibat dari kekurangan penulis. Kalaupun ada penulis, tapi produktifitasnya rendah.

Semakin banyak penulis, semakin banyak referensi, semakin banyak buku. Dan masyarakat mudah mengaksesnya. Kebiasaan membaca jadi meningkat.

Selain banyak membaca, penulis juga harus banyak mendengar. Datangi orang bijak. Dengarkan kisah hidup mereka. Kepada mereka kita banyak belajar.

Siapakah itu orang-orang bijak itu?

Mereka adalah orang yang mempunyai ilmu hikmah karena kedalaman ilmu dan pengalamannya.

Tapi konkritnya, orang bijak itu kita analogikan sebagai orang yang melakukan suatu aktifitas yang berulang-ulang dan dilakukan secara terus menerus untuk jangka waktu yang lama. Dalam Bahasa kerennya adalah, “istiqomah”.

Misalnya ada penjual bakso yang sudah berjualan 20 tahun, atau ada petani yang ia lakukan mulai dari remaja sampai tua. Itu salah satu ciri ciri orang bijak.

Atau juga ada di lingkungan keluarga kita. Misalnya orang tua, kakek nenek yang sudah berumah tangga puluhan tahun. Mereka bisa di sebut orang bijak.

Minta nasehat mereka. Dan dengarkan dengan seksama. Minta mereka menceritakan pengalaman hidupnya yang sekian puluh tahun beraktifitas. Disitu ada ilmu hikmah yang sangat bermanfaat.

Dari mereka kita bisa mendapatkan ide ide yang bisa dituangkan ke dalam tulisan. Dari sana berjilid-jilid buku bisa kita hasilkan.

Saya pernah bertanya kepada kedua orang tua tentang pengalaman hidup dalam mengarungi bahtera pernikahan yang sudah puluhan tahun itu.

Alhamdulillah, mereka masih rukun dan sehat walafiat.

Kapan Bapak sama Umi menikah? Jawab Bapak dan Umi serempak. “Tidak tahu tanggal bulan dan tahunnya. Yang Bapak tahu, adalah harinya. Yaitu hari Rabu. Pas lagi musim buah-buahan.

Musim rambutan, musim durian dan musim pete”.

Tapi kami anak-anaknya bangga bapak masih setia dengan profesinya yang sudah bertahun-tahun dilakoninya. Menjadi petani.

Menurutku, Bapak dan Umi adalah orang-orang yang bijak.

Sentani, 22 Juli 2019

Referensi : https://www.rappler.com.

https://id.wikipedia.org

https://www.google.com

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Setuju Pak, bisa menulis karena membaca dan mendengar. Saran dikit Pak. Tulisan yang mau dikirim, jangan langsung banyak Pak. Tapi satu pagi, satu siang dan satu malam. Jadi sehari cukup tiga saja. Sekadar saran yah Pak. Simpan aja tulisan ysng lain. Dikirimnya tisp hari. Maaf yah Pak. Sukses selalu dan barakallah fiik

25 Jul
Balas

Terima kasih sarannya, Bunda Siti. beberapa waktu lalu, saya tidak bisa mengakses blog gurusiana. Padahal saya menulis hampir setiap hari. jadilah semua tulisan yang diunggah di RAPEL semua. hehehehe. Mohon maaf sekali lagi dan terima kasih sarannya.

26 Jul



search

New Post