Setiap bayi yang lahir ke dunia yang fana ini, sejatinya dalam keadaan fitrah. Ia dalam keadaan suci sesuci-sucinya.

Ia bisa menjadi hitam, putih, merah ataupun abu-abu ataupun warna apa saja, Orang tua dan lingkungannya yang menjadikannya begitu.

Mereka aktor utamanya. Kepada mereka kita minta surat pernyataan tanggung jawab mutlak yang dibubuhi materai.

Ketika anak berselisih, mereka tidak perlu mencari akar permasalahannya. Tangan mereka reflek saling berjabat tangan. Maaf, adalah kata mudah diucapkan . Tak ada lagi dendam tersisa. Semua sirna begitu saja.

KITA HARUS BELAJAR DARI MEREKA.

Ketika anak berbagi, mereka tidak perlu bertanya, kepada siapa dan dimana tempat untuk dibagi. Mereka memberi begitu saja. Tanpa pertimbangan. Semua mendapat bagian yang sama.

KITA HARUS BELAJAR DARI MEREKA.

Pertemanan mereka begitu indah, tak ada sekat-sekat yang memisahkan mereka. Tak bertanya latar belakang dari mana, suku apa, kasta apa, jabatan orang tua apa, rumahnya sebesar apa. Mereka tidak peduli. Yang penting mereka berteman, bersahabat, bermain. Mereka warga negara yang sempurna dalam keakraban.

KITA HARUS BELAJAR DARI MEREKA.

Merekalah prulalisme sejati, merekalah ahli dalam ilmu persahabatan. Persahabatan tanpa batas dan tanpa sekat yang memisahkan.

KITA HARUS BELAJAR DARI MEREKA

Golden age. Ya, usia emas. Adalah usia damai tanpa angkara murka. Kita perlu mengisi otak mereka dengan mata air yang jernih. Dari pegunungan yang hijau. Madu yang alami dari dari sari bunga yang subur dan indah.

KITA HARUS BELAJAR DARI MEREKA.

Alangklah indah, ketika penghuni alam mayapada ini. Anak-anak. Atau kalaupun kita yang yang menjadi warga negaranya, bertingkah lakulah seperti mereka dalam persahabatan.

Tapi bukan dalam perkara akal sehat.

Karena yang punya akal sehat dan sempurna adalah orang dewasa.

SELAMAT HARI ANAK NASIONAL

Waena, 24 Juli 2019